Native Son karya Richard Wright



Bigger Thomas, seorang pemuda berumur 20 tahun yang hidup dalam keluarga yang miskin berkulit hitam dan tidak berpendidikan di Chicago pada tahun 1930-an. Pada suatu pagi dia bangun di apartemen sempit bersama keluarganya di kota South Side. Dia melihat tikus yang besar berlari cepat di seberang ruangan, kemudian ia membuat tikus tersebut  tersudut lalu dibunuhnya dengan wajan. Bigger dibesarkan di bawah kondisi prasangka rasial yang keras di tahun 1930-an di Amerika, Bigger dibebani dengan keyakinan yang kuat bahwa ia tidak memiliki kontrol atas hidupnya dan bahwa ia tidak bisa bercita-cita apa pun selain  pekerja kasar sebagai buruh yang berupah rendah.
Ibunya menyuruh dia menerima pekerjaan yang ditawarkan oleh Mr. Dalton agar ia bisa mendapatkan uang sehingga keluarga mereka bisa pindah ke apartemen yang lebih baik.  Jika ia tidak bekerja keluarganya akan kelaparan. Namun, Bigger tidak peduli dengan tawaran tersebut karena ia telah memiliki rencana untuk merampok tokoh makanan milik Mr. Blum bersama teman-temannya. Walaupun Gangnya mengetahui bahwa jika mereka merampok orang kulit hitam polisi tidak akan peduli namun jika orang yang mereka rampok orang kulit putuh mereka akan memasuki wilayah baru yaitu aturan kulit putih.
Bigger bersama teman-temannya  bertemu di Doc’s pool untuk membuat rencana merampok Mr. Blum. Setelah terjadi ketegangan antara Bigger bersama salah seorang temannya yang ragu untuk merampok, mereka akhirnya setuju untuk bertemu lagi pada pukul 03.00 untuk pergi merampok.
Sebelum merampok Bigger menghabiskan uang yang dimilikinya dengan menonton bioskop untuk menghilangkan ketakutannya merampok. Dia bercerita bahwa dia lebih baik masuk ke penjara daripada pergi untuk wawancara pekerjaan. Sebelum film diputar ia melihat berita tentang seorang wanita muda yang bernama Mary Dalton, reportenya mengomentari bahwa Mary terkejut karena keluarganya ingin dia mengakhiri hubungannya bersama kekasihnya. Bigger menyadari bahwa wanita tersebut adalah putri dari calon majikannya, Mr. Dalton.
Setelah menonton Bigger bersama temannya bertemu lagi untuk segera menjalankan rencana mereka namun salah seorang temannya belum datang. Bigger sebenarnya telah merasa ketakutan dan ia bahagia jika temannya tidak datang. Namun, tak berapa lama temannya tersebut datang, Bigger menyalahkan temannya tersebut dan mengatakan bahwa tidak ada lagi waktu untuk merampok sambil memukulnya. Anggota yang lain curiga dengan kelakuan Bigger dan balik menyalahkan bahwa Bigger lah yang ingin menggagalkan rencana mereka sehingga ia diancam dengan senjata. Bigger pun meninggalkan temannya dan pulang ke rumahnya.
Bigger kemudian menuju rumah Mr. Dalton untuk di wawancarai, setibanya di sana ia melihat kemegahan rumah yang dimiliki Mr. Dalton. Ia merasa bahwa kehidupan mereka sungguh berbeda. Mr. Dalton adalah pemilik apartemen yang ditinggali oleh Bigger bersama keluarganya. Sebelum masuk ke ruang kerja Mr. Dalton ia melihat Mrs Dalton yang berjalan dengan menyentuh dinding, Bigger berpikir bahwa Mrs. Dalton telah buta. Pada saat wawancara tiba-tiba datang Mary Dalton dan mereka saling diperkenalkan. Akhirnya, dia pun diterima menjadi supir dikeluarga Mr. Dalton. Tugas pertama yang dia peroleh adalah mengantarkan Mary ke Universitas malam itu juga.
Bigger lalu bertemu dengan pembantu keluarga tersebut yang bernama Peggy. Menurut penuturan Peggy, keluarga Dalton sangat senang dan peduli dengan orang berkulit hitam, supir Mr. Dalton sebelumnya juga adalah seorang pemuda kulit hitam. Mrs. Dalton menyuruh supir terdahulu untuk bersekolah setelah tamat ia berhenti dan bekerja di kantor pemerintahan. Setelah makan malam Bigger diperintahkan untuk menyalakan tungku setelah itu Peggy menunjukkan kamarnya yang dia rasa sangat besar.
Sebelum mengantar Mary Dalton ke Universitas dia ke dapur dan menemui Mrs. Dalton sehingga Bigger mendapatkan pertanyaan tentang latarbelakang pendidikannya. Bigger merasa memiliki rencana lain daripada ke sekolah.
Malam itu juga Bigger mengantarkan Mary yang ternyata tidak ingin ke Universitas melainkan ingin diantarkan untuk bertemu kekasihnya Jan Erlone. Bigger pun diperkenalkan kepada Jan Erlone yang seorang anggota kelompok komunis yang berjuang melawan ketidakadilan. Mereka pergi ke restoran untuk makan lalu minum-minum bersama.
Diperjalanan pulang Mary memberitahukan bahwa dia akan ke Detroit besok pagi sehingga Bigger diperintahkan untuk membawakan koper Mary ke stasiun. Mereka akhirnya sampai di rumah Mr.Dalton. Bigger yang melihat Mary telah mabuk, ia antarkan ke kamar. Tiba-tiba muncul perasaan terangsang melihat tubuh Mary, Bigger lalu menciumi Mary. Namun, tiba-tiba Mrs. Dalton masuk ke kamar anaknya karena panik Bigger menutup wajah Mary dengan bantal yang membut perempuan tersebut mati. Bigger yang mulai panik mulai menyusun rencana. Dia memutuskan untuk membakar tubuh Mary di tungku ruang bawah tanah. Lalu besoknya ia akan bertindak tidak terjadi apa-apa dan menuduh bahwa Jan yang membawa Mary lari karena Mr.Dalton melihat Jan sebagai komunis yang berbahaya.
Keesokan harinya Bigger bangun lebih pagi daripada keluarganya. Ia mulai membuat alibi kepada ibunya bahwa ia pulang jam 2 malam bukan seperti sangkaan ibunya yang menduga Bigger belum pulang hingga pukul 4 malam. Bigger merasa ia telah menciptakan kehidupan yang baru setelah membunuh Mary. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia tidak sengaja membunuh Mary dan berharap bahwa semua orang di sekelilingnya tidak mengetahui perbuatannya.
Bigger berpikir tentang Mary dan mulai percaya bahwa pembunuhannya dibenarkan karena rasa malu, takut dan orang kulit putihlah yang melakukannya. Dia berharap orang kulit hitam lain memiliki rasa solidaritas untuk berperang melawan orang kulit putih. Ia berangan-angan ada orang kulit hitam seperti Hitler yang datang mencambuk orang kulit hitam lain agar mereka tidak takut dan malu lagi.
Setiba di rumah Mr. Dalton ia menemukan Peggy mengintip ke dalam tungku. Bigger berpikir untuk membunuh Peggy namun ia melihat tidak ada hal yang mencurigakan. Bigger memperlihatkan pamflet komunis yang diberikan Jan kepadanya. Peggy melihat mobil ditinggalkan di luar sepanjang malam, Bigger mengatakan bahwa Mary yang menyuruhnya. Peggy ragu-ragu tetapi Bigger mengatakan bahwa ada laki-laki yang datang ke rumah Dalton malam sebelumnya. Bigger berpura-pura ketika Mary tidak turun dari kamarnya, Peggy menunjukkan bahwa mungkin Mary telah pergi ke stasiun.
Bigger kemudian menguping percakapan antara Mrs. Dalton dan Peggy, ia bersemangat menonton drama ini terungkap. Jan lalu menelpon untuk berbicara dengan Mary. Peggy percaya bahwa Mary yang meminta Jan untuk menelpon agar bisa menutupi sesuatu. Peggy curiga melihat tidak semua pakaian Mary di kemasi. Bigger mulai gugup dan Mrs. Dalton bertanya lagi kepadanya dan mengulangi ceritanya. Mrs. Dalton memberikan ia waktu sehari untuk libur.
Bigger menuju ke rumah kekasihnya Bessie dan memperlihatkan uang yang ia dapatkan. Bigger merasa ia gagal memperoleh uang banyak selama pembunuhan. Ia kemudian menyusun rencana untuk meminta uang tebusan terhadap Mary. Bigger memberitahu Bessie bahwa ia dapatkan uang itu dari anak majikannya yang melarikan diri dengan seorang komunis. Bigger berniat untuk membuat catatan tebusan untuk mengumpulkan lebih banyak uang. Dia meyakinkan bahwa Mary telah hilang selama-lamanya ketika Bessie mulai curiga ia mengancam akan memukul Bessie. Dia menyuruh Bessie untuk mengambil uang tebusan sedangkan dia akan ke rumah Mr.Dalton untuk mengetahui rencana Mr. Dalton. Bessi setuju walaupun ia ragu-ragu.
Bigger kemudian kembali ke rumah Mr. Dalton, sesampainya ia melihat ke tungku dan menambahkan lagi batubara ke dalamnya. Ia kemudian bertemu dengan Mr. Dalton lalu di suruh untuk ke stasiun mengambil koper Mary. Mr. Dalton juga menemukan bahwa Mary belum tiba di Detroit. Ia pun kembali ditanyai oleh Mr. Dan Mrs. Dalton, ia pun mengulangi ceritanya.
Ketika tiba di stasiun Bigger bertemu dengan Britten, seorang detektif swasta yang disewa keluarga Mr. Dalton. Bigger merasa gembira karena untuk pertama kalinya dia yang memegang kendali terhadap orang-orang kulit putih. Bigger menceritakan bahwa ia hanya mengikuti instruksi Mary. Ketika ditanyakan tentang Jan, ia mulai memainkan peran anak kulit hitam yang bingung.
Britten menuduh Bigger seorang komunis dan akan dituduh sebagai mitra Jan. Namun, Mr. Dalton mengatakan bahwa ia tidak bisa menahan Bigger karena dia berkulit hitam. Ia mengatakan bahwa Bigger adalah anak yang baik.
Dalton dan Britten membawa Jan ke rumahnya untuk ditanyai dan menyangkal bahwa ia melihat Mary malam sebelumnya. Mr. Dalton menawarkan uang kepada Jan untuk mengungkapkan keberadaan Mary namun Jan keluar dari rumah tersebut.
Bigger kemudian memberitahu perkembangan terbaru dan ia menyuruh Bessie untuk meminta uang tebusan sebesar $10.000 lalu ia menyuruh untuk menandatanganinya dengan gambar palu dan arit. Bessie tidak ingin membantu Bigger dan menuduh Bigger sebagai pembunuh Mary. Bigger pun mengakuinya dan mengatakan bahwa itu tidak apa-apa karena orang kulit putih membunuh lebih banyak orang kulit hitam. Bessie yang ketakutan tidak ingin terlibat namun Bigger mengancamnya.
Bigger kembali ke rumah Mr.Dalton dan menyelipkan catatan tebusan itu di bawah pintu. Mr. Dalton menemukannya dan memanggil Britten. Bigger masih memperlihatkan perilaku pemalu dan bodohnya.
Jan pun ditangkap sehubungan hilangnya Mary, Mr. Dalton memperlihatkan permintaan tebusan yang ditandangani dengan lambang partai komunis. Jan memiliki saksi yang bertentangan dengan cerita Bigger. Para wartawan senang mendengar bahwa Bigger tidak ingin makan bersama Jan dan Mary. Mereka ingin mencetak artikel bahwa Bigger “seorang primitif negro” tidak ingin terganggu dengan peradaban orang kulit putih.
Wartawan berkumpul di ruang bawah tanah untuk membahas cerita, Peggy meminta Bigger untuk membersihkan abu dari tungku. Bigger tidak ingin mengangkat abu sebelum wartawan meninggalkan ruangan. Namun, abu yang telah memenuhi ruangan menyebabkan asap tebal menyelimuti ruang bawah tanah. Setelah asapnya hilang, wartawan melihat beberapa potong tulang dan anting-anting di lantai. Bigger menyadari kesalahannya dan kabur melalui jendela.
Bigger menuju rumah Bessie agar tidak menuju ke tempat uang tebusan. Bessie mengatakan bahwa pemerintah akan mencurigai dia sebagai pemerkosa lalu membunuh Mary untuk menghilangkan jejak. Bigger kemudian berpikir bahwa Bessie hanya akan menghambat pelariannya sehingga ia membunuh Bessie dengan memukulkan batu bata di tengkorak Bessie. Setelah pagi Bigger meninggalkan rumah Bessie, ia seperti mendapatkan kekuatan baru lagi. Ia membaca surat kabar yang mengatakan bahwa mungkin Mary diserang secara seksual sebelum di bunuh dan polisi memerintahkan untuk menggeledah setiap bangunan di sisi selatan.
Bigger kemudian bersembunyi di bangunan yang hampir roboh dan ia disana ia teringat bagaimana dulu ia bersama keluarganya pernah diusir dari apartemen hanya dua hari sebelum runtuh. Keesokan harinya polisi menangkap Bigger dan membawanya turun dari kerumunan orang kulit putih yang marah dan menuntut untuk membunuh “kera yang hitam”.
Jan mengunjungi Bigger di penjara. Dia mengatakan bahwa dia mengerti bagaimana ia takut, marah, dan malu Bigger melalui pelanggaran yang tabu sosial sehingga membuat hubungan ras tegang. Jan memperkenalkan temannya, Boris A. Max, untuk membela Bigger secara gratis. Jan dan Max berbicara dengan Bigger sebagai manusia, dan Bigger mulai melihat orang kulit putih sebagai individu dan dirinya sebagai sama  seperti mereka. Max mencoba untuk menyelamatkan Bigger dari hukuman mati, dengan alasan bahwa sementara kliennya bertanggung jawab atas kejahatannya, sangat penting untuk mengakui bahwa ia adalah produk dari lingkungannya.
Max memperingatkan bahwa akan ada lebih banyak orang seperti Bigger jika Amerika tidak mengakhiri lingkaran setan kebencian dan dendam. Meskipun argumen Max benar, namun Bigger tetap dijatuhi hukuman oleh mati.





0 komentar:

Posting Komentar