Bunga, pramugari maskapai Wings Air rute Putussibau - Pontianak

Bunga saat memberikan pengumuman

Penumpang pesawat Garuda rute Banjarbaru - Jakarta

Pramugari Garuda rute Jakarta - Pontianak

Penumpang maskapai Garuda tujuan Jakarta - Pontianak


Penumpang maskapai Garuda tujuan Jakarta - Pontianak

Senyuman Pramugari Nam Air rute Pontianak - Putussibau

Kabin Wings Air yang kosong karena kurangnya penumpang Putussibau - Pontianak

Bandar Udara Kalimarau yang terletak di Tanjung Redeb, bandara terdekat sebelum menyeberang ke Pulau Derawan


Seekor burung terbang membawa ranting untuk membuat sarang di pohon kelapa yang banyak tumbuh di bibir pantai Pulau Derawan

Deratan penginapan yang berdiri di atas laut Pulau Derawan   


Sepanjang jalan di Pulau Derawan, terdapat banyak kios sewa sepeda


Salah satu sudut pantai Pulau Derawan

Suasana matahari terbit di Pulau Derawan

Maratua Paradise Resort, berdiri di atas laut dangkal Pulau Maratua

Garis pantai luas dan gugusan pohon kelapa yang tumbuh di bibir pantai

Air laut yang surut di siang hari

Danau Kakaban yang terletak di tengah Pulau Kakaban, terkenal karena salah satu dari dua danau di dunia yang menjadi habitat ubur-ubur

Tukik (anak penyu) banyak terdapat di Pulau Sangalaki

Kebanyakan wisatawan hanya tahu Pulau Derawan berbeda dengan ibukota kabupaten Berau, yaitu Tanjung Redeb. Padahal bandara terdekat dari pulau Derawan adalah Bandara Kalimarau yang terletak di pinggiran kota Tanjung Redeb. Beberapa potret wajah kota Tanjung Redeb yang berhasil saya ambil.

Deretan Warung Lamongan di Sepanjang Jalan Utama Kota Tanjung Redeb


Ket:
Camera Maker : Fujifilm
Cemera Model : X100F
F.stop : F/2.8
Exposure Time : 1/15 sec
ISO Speed : ISO-320
Focal Lenght : 23 mm

Deretan Rumah Yang Sekaligus Dijadikan Toko di Sepanjang Jalan Utama Menuju Tepian Sungai Segah

Ket:
Camera Maker : Fujifilm
Cemera Model : X100F
F.stop : F/8
Exposure Time : 1/800 sec
ISO Speed : ISO-200
Focal Lenght : 23 mm

Kapal Kayu KLM Siti Nurhalisa, Mungkin Pemiliknya Mengidolakan Penyanyi Asal Malaysia Tersebut

Ket:
Camera Maker : Fujifilm
Cemera Model : X100F
F.stop : F/8
Exposure Time : 1/250 sec
ISO Speed : ISO-200
Focal Lenght : 23 mm

 Kapal Tunda (Tug) Penarik Tongkang Batu Bara Yang Menurnkan Jangkar di Tengah Sungai Segah

Ket:
Camera Maker : Fujifilm
Cemera Model : X100F
F.stop : F/5.6
Exposure Time : 1/250 sec
ISO Speed : ISO-200
Focal Lenght : 23 mm

Seorang ABK Kapal Surya Harapan Sedang Menatap Senja

Ket:
Camera Maker : Fujifilm
Cemera Model : X100F
F.stop : F/5.6
Exposure Time : 1/200 sec
ISO Speed : ISO-200
Focal Lenght : 23 mm

KLM Cahaya Fitrah Bersandar di Pelabuhan Kapal Kayu Sungai Segah

Ket:
Camera Maker : Fujifilm
Cemera Model : X100F
F.stop : F/5.6
Exposure Time : 1/160 sec
ISO Speed : ISO-200
Focal Lenght : 23 mm

Pedagang Kaki Lima Yang Mengular di Sepanjang Tepian Sungai Segah

Ket:
Camera Maker : Fujifilm
Cemera Model : X100F
F.stop : F/5.6
Exposure Time : 1/250 sec
ISO Speed : ISO-200
Focal Lenght : 23 mm


Sumber : Twitter @ManUtd

Manchester United versi Majalah Forbes menjadi tim sepakbola terkaya di dunia dengan nilai 4,123 billion USD atau kalau dijadikan kurs rupiah dengan asumsi 14.000 per 1 USD maka nilainya lebih dari 42 triliun. Walaupun menyandang gelar sebagai tim sepakbola terkaya sejagat, Manchester United telah puasa gelar liga Inggris selama 5 musim, terakhir mereka mengangkat piala Liga Primer Inggris musim 2012/2013 sewaktu masih dilatih oleh Sir Alex Ferguson. Keputusan Fergie mengakhiri karir sebagai pelatih berdampak dengan sulitnya Manchester United meraih prestasi seperti dimasa kepelatihannya. Prestasi terbaik Manchester United setelah Fergie pensiun adalah menjadi Juara Piala Eropa musim 2016/2017, kasta kedua kompetisi di Benua Biru. Namun, kemenangan itu sangat berarti karena Manchester United bisa tetap bermain di Liga Champions di musim berikutnya walaupun berakhir di posisi keenam klasemen Liga Primer Inggris.
Musim Liga Primer Inggris 2017/2018 lalu menjadi raihan terbaik Manchester United di liga sepeninggal Sir Alex dengan menduduki peringkat dua klasemen di akhir musim kompetisi. Nasib yang sama juga menjadi raihan Manchester United kompetisi piala FA setelah di pertandingan Final ditaklukkan Chelsea FC. Semenjak ditangani oleh Jose Mourinho nasib Manchester United lebih baik daripada pelatih-pelatih sebelumnya. Jose Mourinho termasuk pelatih terbaik yang ada saat ini dengan berbagai prestasi yang pernah ditorehkan di tim-tim yang pernah dia latih. Dia pernah memenangkan piala Liga Champions dua kali dan di Liga Primer Inggris sendiri dia telah mengangkat piala sebanyak 3 kali serta masih banyak piala-piala lain. Dengan sederet prestasi yang pernah Mourinho torehkan, tentu wajar jika para pendukung Manchester United menggantungkan harapan yang tinggi seperti gelar Liga Champions dan Liga Inggris.
Mengakhiri musim kompetisi musim 2017/2018 dengan selisih 19 poin dengan juara bukanlah hasil yang baik, begitu halnya dengan jumlah gol Manchester United menjadi yang terburuk diantara penghuni empat besar klasemen akhir, bahkan Arsenal yang menempati posisi enam di klasemen akhir lebih banyak menggetarkan gawang lawan-lawannya. Namun, Manchester United menduduki peringkat dua untuk jumlah kemasukan paling sedikit atau hanya kemasukan 28 kali, lebih banyak 1 kali dibandingkan juara liga. David De Gea pun meraih penghargaan Golden Glove dengan tidak kebobolan di 18 pertandingan Liga Primer Inggris musim 2017/2018. Para pendukung The Red Devils boleh sangat berterimakasih kepada De Gea karena mampu melakukan banyak penyelamatan. Manchester United juga telah dihuni banyak pemain bintang, seperti Pogba, Sanchez, Lukaku, Mata, mereka telah membuktikan diri sebagai pemain kunci di tim mereka sebelumnya. Selain itu juga skuad muda Manchester United seperti Rashford, Lingard, dan Martial bisa membuktikan kualitas permainan mereka ketika dimainkan.
Manchester United telah dinobatkan klub sepakbola terkaya membuktikan bahwa walaupun sepeninggal Sir Alex Ferguson para fans masih setia mendukung tim kesayangannya  sambil menunggu kembalinya raihan prestasi yang membuat bangga para fans The Red Devils di seluruh dunia. Kursi pelatih pun telah diisi oleh Jose Mourinho yang telah memiliki banyak raihan prestasi di tim-tim yang pernah dia latih. Begitu halnya dengan pemain Manchster United, skuadnya bukanlah sederatan pemain biasa. Mereka telah membuktikan diri sebagai pemain terbaik sebelum berseragam Manchester United. Namun, raihan sebagai tim terkaya, dilatih oleh salah satu pelatih terbaik, dan diisi dengan skuad yang bertalenta ternyata belum juga mendatangkan kejayaan bagi Manchester United. Lalu, sebenarnya di mana letak kekurangan yang belum bisa mendatangkan piala-piala baru di lemari klub. Perbaikan-perbaikan apa saja yang harus dilakukan manajemen, pelatih dan pemain-pemain Manchester United agar bisa meraih gelar Liga Inggris dan Liga Champions musim 2018/2019.
Sebelum membahas mengenai kemungkinan permainan Manchester United untuk musim yang akan datang, ada baiknya kilas balik ke performa musim lalu. Di musim lalu Manchester United mampu menang 25 kali, seri 6 kali, dan kalah 7 kali dari total 38 pertandingan Liga Inggris. Bahkan, di empat pertandingan awal Manchester United bisa menduduki peringkat pertama. Kekalahan pertama di musim lalu diderita ketika Manchester United menghadapi tim promosi Huddersfield Town FC, hasil yang sangat mengejutkan bagi para pendukung Manchester United, di akhir musim pun mereka hanya berakhir di posisi 16 klasemen. Tim-tim papan bawah menjadi kuburan Manchester United bahkan tim juru kunci West Bromwich Albion mampu menang di Old Trafford. Selain itu, Manchester United juga menderita kekalahan dari Manchester City di Old Trafford walaupun di paruh musim kedua berhasil membalasnya dengan menang di Etihad Stadium. Berbeda dengan tetangga yang hanya kalah dua kali selama musim 2017/2018, itupun dengan Liverpool dan Manchester United.
Produktivitas mencetak gol juga paling sedikit diantara tim peringkat empat besar, Manchester United hanya mampu mencetak 68 gol, 58 gol di dalam kotak penalti, 12 di luar kotak, dan 2 dari tendangan bebas. Manchester United membutuh waktu 50.3 menit untuk mencetak sebuah gol. Kemenangan terbesar Manchester United pun hanya menang 4-0 saat menghadapi West Ham United di pertandingan pertama dan Crystal Palace FC di pertandingan selanjutnya. Pemain yang paling banyak mencetak gol adalah Romelu Lukaku dengan 16 gol, sedangkan Martial hanya menjaringkan 9 gol, Lingard 8 gol, dan Rashford 7 gol. Alexis Sanchez yang masuk di jendela transfer musim dingin hanya mampu mencetak 2 gol dan 3 umpan. Pemain dengan umpan terbanyak adalah Paul Pogba dengan 10 umpan. Selain De Gea yang bermain di 37 pertandingan atau selama 3330 menit, pemain yang paling banyak memiliki menit bermain adalah Nemanja Matic 36 pertandingan (3.119 menit). Sedang di lini serang, Lukaku bermain di 34 pertandingan (2.869 menit).
Jose Mourinho masih mengalami kendala di lini pertahanan dengan seringnya rotasi pemain bertahan terutama di bek tengah, Smalling, Jones, Lindelof, dan Baily bergantian mengisi posisi bek tengah dengan Smalling yang paling sering bermain sebanyak 29 pertandingan (2.535 menit). Belum padunya lini belakang Manchester United menjadi penyebab seringnya rotasi pemain. Smalling yang menjadi bek tengah paling sering dimainkan hanya menang 25 takel dari 40 percobaan, menang 165 duel dari 249 duel, dan 63 instersep, serta 159 clearences. Rapuhnya lini belakang Manchester United musim lalu dapat dilihat dari seringnya De Gea melakukan penyelamatan sebanyak 115 kali, sangat jauh berbeda dari kiper Manchester City, Ederson yang membuat 58 penyelamatan, begitupun dengan kiper peringkat tiga klasemen akhir Tottenham Hotspur Lloris yang 86 penyelamatan.
Selain lini bertahan, Manchester United juga bermasalah di lini serang musim 2017/2018. Setidaknya ada delapan pertandingan The Red Devils tidak mampu mencetak gol ke gawang lawan. Jumlah tendangan ke gawangnya pun hanya 178 tendangan di 38 pertandingan. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan tim peringkat empat klasemen Liverpool FC yang melepaskan tendatangan tepat sasaran sebanyak 233 kali, Manchester City sebanyak 265 kali yang menghasilkan 106 gol ke gawang lawan. Bahkan Arsenal FC yang menempati posisi 6 di akhir klasemen bisa melepaskan tendangan tepat sasaran sebanyak 234 kali dengan 74 gol. Oleh karena itu selain memperbaiki kinerja lini belakang, Jose Mourinho juga perlu memikirkan perbaikan lini serang yang kurang tajam di musim 2017/2018 lalu. Manchester United telah memiliki pemain-pemain yang berkarakter menyerang seperti Lukaku, Sanchez, Pogba, Lingard, Martial, dan Juan Mata yang bisa membuat permainan Manchester United lebih bermain menyerang.



Sumber data dan Informasi :
https://www.forbes.com
https://www.telegraph.co.uk

Matahari ibukota Jakarta yang tetap menyengat walaupun langit kelihatan berkabut karena asap. Hal itu tidak menyurutkan semangatku berkunjung ke tempat yang menurutku adalah surga mungkin para penyuka buku juga akan menyebutnya semacam itu. Aku menuju ke gedung baru Perpustakaan Nasional di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tanggal 14 September 2017, menurutku ini adalah langkah nyata untuk meningkatkan minat literasi yang sedang terpuruk.
The World’s Most Literate Nations (WMLN) pada tahun 2016, menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara. Begitu juga menurut badan pendidikan PBB (UNESCO) menempatkan minat baca Indonesia hanya 0,01%, artinya hanya 1 dari 10.000 orang yang menyukai membaca. Mereka yang suka membaca buku adalah makhluk langka di Indonesia tetapi itu bukan sebuah hal yang patut dibanggakan melainkan sebaliknya. Sebenarnya pemerintah telah berhasil mengentaskan buta aksara, sejak Sekolah Dasar bahkan mungkin sekarang di Taman Kanak-kanak telah ada pelajaran membaca. Mengenali aksara adalah keharusan di jaman sekarang tetapi menumbuhkan budaya baca masih mengalami kesulitan. Selain kesadaran akan pentingnya budaya membaca yang masih kurang, hal ini diperparah dengan infrastruktur ataupun akses buku bacaan yang masih sulit menjangkau hingga ke daerah-daerah.
Saya akan menceritakan bagaimana Perpustakaan Nasional sangatlah berbeda dengan kebanyakan konsep perpustakaan yang pernah aku kunjungi. Sebenarnya tidak banyak perpustakaan yang pernah aku kunjungi, hanya tempat di mana saya pernah belajar namun dari sanalah saya bisa menyimpulkan bahwa kebanyakan desain perpustakaan sudah terbilang ketinggalan jaman padahal untuk mencari pembaca sangatlah sulit jika perpustakaan tidak mengikuti perkembangan jaman dan tekhnologi yang semakin dinamis. Gambaran perpustakaan seperti bangunan tua tidak terurus, deretan meja dan bangku yang berdebu, rak-rak buku yang tinggi, ruangan yang pengap dan panas, buku-buku yang teorinya telah ketinggalan, dan penjaga perpustakaan yang terlihat loyo karena telah tua menjadi stigma yang melekat jika kita berbicara tentang perpustakaan.
Kemegahan Perpustakaan Nasional telah terlihat ketika saya memasuki halamannya, terlihat bangunan perpustakaan yang menjulang tinggi. Perpustakaan Nasional memiliki 27 lantai atau setinggi 126,3 meter dengan luas bangunan 50.917 meter persegi. Hal ini menjadikannya gedung perpustakaan tertinggi di dunia, klaim Presiden Jokowi ketika meresmikannya. Sebelum memasuki gedung utama Perpusnas, kita harus melewati sebuah bangunan yang berasitektur jaman kolonial. Saat masuk, saya seperti sedang berada di ruang tamu pejabat Belanda. Ada meja dan empat buah sofa di tiap sisi pintu masuk dan keluar. Begitu juga dengan dinding di ruang tamu terdapat puluhan bingkai foto yang tergantung, beberapa diantaranya adalah layar LCD yang bisa menampilkan beragam foto yang menceritakan zaman bersejarah di Indonesia. Ada juga foto-foto anak bangsa yang berjuang untuk memajukan budaya literasi, kebanyakan mereka adalah penulis, seperti penulis kesukaan saya Pramoedya Ananta Toer dan Tan Malaka, selain itu ada juga Ahmad Wahib, Sapardi Djoko Damono, Wiji Tukul, Goenawan Muhammad, dan masih banyak tokoh-tokoh lain.

RUANG TAMU BANGUNAN KOLONIAL PERPUSNAS
Kemudian saya masuk ke ruangan yang mirip dengan kamar tamu namun di dalamnya jelas tidak ada kasur tetapi digantikan dengan layar di dinding yang terpancar dari proyektor. Di ruangan itu saya bisa menyaksikan bagaimana sejarah aksara dan pustaka di Indonesia. Ternyata, sejarah awal bukti penggunaan tulisan di masyarakat Indonesia di mulai ketika Era Hindu-Budha dengan ditemukannya dokumen paling awal berupa prasasti Yupa di Kalimantan Timur, yang berasal dari abad ke 5. Kemudian, memasuki Era Islam yang diiringi dengan penyebaran aksara Arab yang mendapat tempat terutama di wilayah berbahasa Melayu, sedangkan di waktu yang sama beberapa masyarakat masih mempertahankan jenis tulisannya seperti Jawa, Sunda, Bugis, Makassar, Rencong, dan Batak. Terkahir masuklah pengaruh atau Era Eropa yang memperkenalkan penggunaan aksara Latin hampir di seluruh wilayah Indonesia pada abad ke 16. Para kaum misionaris memegang peran penting dalam proses latinisasi di Indonesia. Bangunan berarsitektur kolonial ini membawa saya mengingat bagaimana budaya menulis dan membaca telah lama dekat dengan masyarakat Indonesia serta pentingnya pendokumentasian dalam bentuk tulisan. Aku selalu mengingat tulisan Pramoedya Ananta Toer dalam buku Bumi Manusia, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama dia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah”.

ANEKA RAGAM AKSARA NUSANTARA
Mata saya lalu tersorot pada tulisan “Perpusatakaaan Nasional Republik Indonesia” dan terjemahannya dalam empat bahasa negara lain yang terpampang di dinding Perpustakaan Nasional. Setiap orang berhak menggambarkan surga di kepalanya, termasuk aku yang menggambarkannya sebagai rumah yang dipenuhi dengan buku dengan beberapa gelas kopi hitam hangat. Mungkin di Perpusnas tidak boleh minum secangkir kopi hitam sambil membaca tetapi buku yang tak terbatas untuk dibaca sudah aku anggap bagian dari surga.
Memasuki lantai pertama, pengunjung disambut dengan foto enam presiden yang pernah memerintah Indonesia. Selain itu, saya sudah terkagum-kagum melihat tumpukan buku-buku yang bersampul tua disusun setinggi empat lantai. Sebelum naik ke lantai berikutnya, aku diarahkan oleh security untuk menyimpan tas dan barang bawaan lainnya seperti makanan dan minuman di loker. Ini salah satu cara menjaga kebersihan dan agar pengunjung yang merasa memiliki buku yang disukanya tidak membawanya pulang secara sembunyi-sembunyi. Sebagai pembaca yang baik dan budiman, tidak sepatutnya kita mengambil buku yang bukan hak milik kita apalagi buku teman yang dipinjam.
Saya dan pengunjung lainnya tidak dibolehkan mengakses lantai lain sebelum mendaftarkan diri sebagai anggota di Perpustakaan Nasional. Awalnya aku berpikir ini terlalu birokratis dan pasti akan memakan waktu lama untuk antri membuat kartu anggota. Ternyata anggapan saya salah, namanya perpustakaan modern, semuanya serba tekhnologi dan cepat. Jangan samakan dengan proses pembuatan E-KTP atau pembuatan kartu kredit. Syaratnya pun tidaklah banyak hanya butuh KTP. Tidak perlu antri untuk mengisi formulir pendaftaran, disediakan puluhan layar computer untuk registrasi. Setelah itu tinggal duduk menunggu nama dipanggil untuk dikonfirmasi terkait identitas dan pengambilan foto. Pelayanannya sangatlah cepat, kartu anggota Perpusnasku jadi dalam waktu 3 menit setelah di foto dibadingkan dengan E-KTP yang bisa berminggu-minggu. Aku menghitung kurang lebih 20 menit saja untuk proses pembuatan kartu anggota.
Aku menaiki lantai demi lantai dengan tangga escalator, ternyata di lantai empat ada kantin jadi jangan takut kelaparan jika ingin membaca dari pagi sampai perpustakaan tutup. Masih di lantai yang sama dipamerkan buku-buku koleksi dari tiap provinsi yang ada di Indonesia, kebanyakan berisi tentang keadaan geografi, budaya, bahasa dan penemuan-penemuan purba di tiap-tiap provinsi.
Selanjutnya, untuk ke lantai 5 hingga 24 disediakan lift sebanyak 5 buah, sehingga pengunjung tidak perlu berkeringat untuk mendaki setiap lantai. Aku kemudian berkunjung ke lantai 7, Layanan Koleksi Anak, Lansia, dan Disabilitas. Suasana di layanan anak ini seperti taman bermain yang dilengkapi dengan buku-buku cerita khusus anak-anak. Ada bermacam-macam gambar kartun tokoh cerita dongeng khas Indonesia di tiap tiang gedung yang menambah semaraknya ruangan ini. Seandainya saya masih kanak-kanak mungkin saya akan lebih memilih untuk ke Perpustakaan Nasional daripada ke sekolah. Ini menunjukkan bagaimana seriusnya pemerintah meningkatkan minat baca masyarakatnya sedini mungkin. Aku belum pernah melihat perpusatakaan yang seramah ini terhadap anak-anak, sungguh tidak ada kekakuan terhadap konsep perpustakaan tradisional. 
 
RUANG LAYANAN ANAK
Gambaran perpustakaan di pemikiranku adalah bangunan yang hanya menyimpan beranekaragam buku, dokumen atau teks-teks tertulis lainnya. Namun setelah aku memasuki lantai 8, layanan koleksi visual, konsep perpustakaan di kepalaku harus  direkonstruksi ulang. Di ruang ini disediakan komputer untuk menonton koleksi film yang ada di Perpustakaan Nasional. Selain itu terdapat berbagai macam koleksi kaset tape, CD film-film yang pernah populer dari produksi film nasional hingga hollywood, ada juga CD beraneka ragam genre lagu, mulai lagu anak-anak, pop Indonesia, dangdut, pop barat, rock, musik jazz, bahkan CD musik tradisional atau lagu-lagu daerah yang jaman dulu banget. Perpustakaan Nasional bukan hanya untuk mereka yang suka membaca tetapi juga untuk para penyuka musik atau film.



Setiap daerah Indonesia memiliki sejarah tulisnya masing-masing dengan menggunakan bahasa yang beranekaragam dan dengan media yang berbeda pula. Ruang Layanan Koleksi Nusantara di lantai 9 seperti sebuah museum untuk memamerkan naskah-naskah kuno yang pernah ada di Indonesia. Babad Dipenogoro, Panji Angraeni, Negarakertagama, La Galigo, Kitab Tibb, dan masih banyak lagi. Ini cocok untuk mereka yang menyukai benda-benda purbakala. Tetapi buat mereka yang menyukai buku-buku langka, bisa langsung ke Lantai 14. Di sana banyak koleksi buku tua dan langka, kebanyakan berbahasa asing seperti Belanda, Inggris, dan Cina. Aku tidak heran dengan banyaknya koleksi buku yang berbahasa Belanda karena Indonesia pernah dijajah selama kurang lebih 350 tahun. Namun, jika pengunjung ingin membacanya harus meminta bantuan kepada pustakawan yang bertugas untuk mengambil dari rak karena buku-buku tersebut terlihat rapuh di makan waktu.

LAYANAN KOLEKSI NUSANTARA
Selanjutnya masih banyak lagi tempat-tempat menarik yang tersedia di gedung Perpustakaan Nasional, seperti lantai yang khusus untuk koleksi peta, foto dan lukisan. Waktu itu yang dipamerkan kebanyakan gambar sampul majalah Tempo, ada gambar penyidik KPK Novel Baswedan dan tidak jauh darinya ada juga karikatur tersangka korupsi E-KTP, Setya Novanto. Selain itu ada juga ruangan yang dikhususkan buat mereka pemburu wifi gratis, tempatnya pun sangat nyaman. Pengunjung bisa memilih mau duduk di kursi, sofa atau selonjoran dengan bantal di karpet. Bagi mereka yang tidak membawa laptop, ada juga ruangan yang seperti warnet. Bagi mereka yang ingin baca koleksi majalah dari berbagai negara maju dan ASEAN ada di lantai 23.




Lantai yang menjadi penutup perjalanan saya adalah lantai 24, Layanan Koleksi Budaya Nusantara dan Eksekutif Lounge. Ruangan ini sangat nyaman untuk membaca sambil melihat ibukota Jakarta dari ketinggian. Selain itu tersedia fasilitas tempat duduk yang sangat mewah untuk sebuah perpustakaan. Beberapa lama aku di berkeliling di lantai terakhir ini, kebanyakan pengunjungnya berfoto di balkon, entah mengarah ke Tugu Monumen Nasional ataupun membelakangi gedung-gedung pencakar langit.



Perpustakaan Nasional di bangun dengan serius oleh pemerintah untuk meningkatkan minat baca masyarakatnya yang semakin menurun. Sekarang setelah adanya perpustakaan nasional seharusnya mereka yang khususnya berada di Ibukota Jakarta tidak punya alasan keterbatasan buku atau wajah perpustakaan yang tradisional karena kita telah memiliki Perpustakaan Nasional yang berdiri megah dan dilengkapi tekhnologi modern. Penyuka buku bukan hanya di ibukota, banyak diantaranya berada di daerah-daerah yang jauh mulai dari Pulau Sabang sampai Merauke. Kesungguhan pemerintah pusat harus diikuti oleh pemerintah daerah dengan melakukan pembaharuan terhadap perpustakaan di masing-masing daerahnya. Janganlah hanya menjadikan perpustakaan daerah sebagai bagian dari formalitas terbentuknya sebuah pemerintahan. Terakhir, aku menyarankan bagi mereka yang berkunjung ke Jakarta agar menyempatkan waktu untuk merasakan nyamannya membaca di perpustakaan yang memiliki konsep lebih modern dan mungkin membaca sambil memandang Monas ataupun melihat senja turun di tengah hiruk-pikuknya warga ibukota.