Berlibur ke Belitung tetapi tidak tahu harus ke mana, saya akan memberikan gambaran tentang bagaimana Belitung dari sudut pandangan dan kamera saya.
Peta pulau Belitung
Sudah sepatutnya mereka yang menghabiskan waktu kurang lebih 250 hari dalam setahun untuk mengambil rehat dengan liburan. 

Hal itu yang terlintas di kepala sebelum libur natal tahun lalu. Sebenarnya, jaman sekarang sangat mudah pergi liburan dengan menjamurnya bisnis tour and travel apalagi mereka seringkali menawarkan paket perjalanan yang murah ke berbagai destinasi wisata terkenal di dalam maupun luar negeri. Namun, dengan ikut rombongan tour and travel saya tidak akan bebas menentukan mau ke mana atau kapan harus pergi karena semuanya sudah terjadwal. Semuanya telah diatur, duduk di mobil sambil mendengarkan penjelasan guide, berkunjung dan berfoto di satu objek wisata, tidak bebas mengeksplore tempat baru yang tidak ada dalam rencana. Pengalaman yang didapatkan mungkin tidak jauh dari bekerja di kantor, semua serba teratur dan terjadwal.
Pilihan ikut rombongan tour and travel sepertinya kurang menarik untuk menikmati travelling sesuai dengan keinginan tanpa ada aturan jadwal. Akhirya, aku mencoba untuk travelling dengan backpacker-an ke destinasi wisata di Belitung.
 
Di era informasi yang telah digenggaman tangan tentu sangat mudah untuk buat travelling sendiri. Beberapa hal yang saya lakukan sebelum liburan ala backpacker di Belitung, pertama yang saya lakukan adalah mencari informasi tentang Pulau Belitung. Saya berselancar di google, youtube, dan instagram. Hanya dengan mengetik "objek wisata Belitung", maka akan muncul berbagai informasi destinasi wisata dan pengalaman wisatawan selama di Belitung. Lalu, saya mulai memilah tempat wisata yang memungkinkan saya kunjungi dengan waktu 4 hari 3 malam. Tentunya objek wisata yang terpilih sesuai dengan tujuan saya menikmati pemandangan pantai Belitung dengan desiran ombaknya, pasir, pohon kelapa, langit yang biru, dan udara yang segar.
Kedua, saya mulai menentukan skema urutan rute tempat wisata yang akan saya kunjungi. Saya sangat berterimakasih kepada Lars dan Jens Eilstrup bersaudara yang memberikan ide kepada Google untuk membuat peta yang tidak statis, tapi bisa digunakan untuk mencari lokasi dan dapat diperbesar. Informasi lebih lanjut klik https://inet.detik.com/consumer/d-2829538/kisah-menarik-penciptaan-google-maps-yang-jarang-diungkap. Saya membuat urutan dengan pertimbangan, tempat yang saya kunjungi tidak terlalu berjauhan atau dengan rute searah, sebisa mungkin tidak melewati rute yang sama selama perjalanan. 
Skema rute perjalanan selama di Belitung
Setelah menentukan urutannya, saya tetap bersiap dengan perubahan rute sesuai dengan kondisi di lapangan. Mungkin ada tempat yang informasinya masih minim di internet. 
Rute yang saya lalui selama di Belitung;
Hari pertama, saya tiba di Bandar Udara Internasional H.A.S Hanandjoeddin sebelum pukul 11 siang lalu langsung menuju Replika SD Muhammadiyah Laskar Pelangi sejauh 50 km, tepat di depannya ada objek wisata Rumah Keong. Lalu, ke Museum Kata Andrea Hirata sejauh 2 km, Kampoeng Ahok kurang dari 2 km. Kemudian ke kota Manggar sejauh 20 km, sebelum matahari terbenam saya pantai Serdan yang letaknya kurang dari 5 km dari Hotel Simpang Empat, hotel tempat saya menginap.
Hari kedua, saat matahari baru muncul saya menuju ke Warung Kopi ATET yang berdiri sejak tahun 1949 sejauh kurang dari 3 km. Setelahnya saya menuju ke Pantai Tanjung Tinggi sejauh 80 km melewati kampung Bali. Setelah itu, saya ke Pantai Tanjung Kelayang, yang berdekatan dengan Pantai Tanjung Tinggi. Terakhir saya menuju ke Tanjung Pandan sejauh 27 km. Sebelum istirahat saya makan di Mie Belitung ATEP yang jaraknya sekitar 1 km dari Hotel Mustika. 
Hari ketiga, saya memulai dengan mengunjungi Kong Djie Siburik, warung kopi yang berdiri sejak tahun 1943. Jaraknya tidak sampai 2 km dari hotel, dari sana saya berangkat ke Danau Kaolin sejauh 4 km. Lalu, saya kembali mengunjungi Pantai Tanjung Kelayang karena ingin menyeberang ke pulau Lengkuas, pulau Pasir, pulau batu burung Garuda. Namun, karena kapal sudah full booked tetapi untunglah karena harga sewa satu kapal Rp.500.000 dengan penumpang banyak atau sendiri sehingga saya kembali ke Pantai Tanjung Tinggi lalu mencari tempat sepi untuk menikmati pantai hingga sore hari. Sebelum matahari terbenam, saya kembali ke kota Tanjung Pandan. Malam hari saya menikmati makanan sea food di Mr. JO Seafood jaraknya kurang dari 3 km dari hotel.
Hari keempat, saya ke pasar tradisional Tanjung Pandan, jaraknya 1.4 km dari hotel di sana saya minum kopi di Warung Kopi Muni, dari sana saya mendapat informasi tentang Eco Wisata Gusong Bugis yang jaraknya sejauh 10 km. Sebelum pulang saya ke makan siang Mie Belitung ATEP, ke toko oleh-oleh Pondok Kelapa Resto, Museum Tanjung Pandan, dan terakhir singgah ke Kong Djie Siburik mengisi termos kopi untuk saya nikmati di pesawat.
Mencari transportasi selama di Belitung ternyata tidak susah, saya cukup mengetik di google, "sewa motor Belitung", maka akan muncul banyak website yang akan menghubungkan saya dengan pemilik sewa kendaraan. Penyewaan motor yang saya gunakan selama di Belitung klik http://rentalmotordibelitung.com/. Prosesnya sangat mudah dan tidak perlu menyimpan kartu identitas ketika menyewa, abangnya hanya mengambil foto KTP dan foto kamu. Saya menyewa motor Honda Vario, kondisi motor yang saya sewa sangatlah bagus untuk dikendarai mengelilingi Belitung. Saya lebih memilih motor daripada transportasi lain seperti mobil atau kendaraan umum di sana, pertama karena harganya lebih murah jadi tidak buat kantong bocor, bisa bebas ke mana saja jadi tidak ada waktu terbuang hanya karena menunggu angkutan umum, terakhir karena saya hanya tahu mengendarai motor.
Keputusan mengendari motor tentu punya konsekuensi lain seperti saya harus mengatur jumlah bawaan saya terutama pakaian agar tidak mengganggu kenyamanan saat mengendari motor. Pokoknya saya hanya membawa barang-barang yang memang sangat dibutuhkan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya 4 lembar bajun dan cd, 2 celana pendek, 2 kaos kaki, sepasang sepatu, dan sandal, serta sikat gigi. Tidak perlu membawa bekal makanan dan alat mandi karena ada sudah disedikan hotel.
Terakhir sebelum berangkat, saya mencari informasi penginapan yang murah di Belitung tentu dengan bantuan searching di google. Memang banyak aplikasi online yang menawarkan pemesanan hotel dengan harga terjangkau tetapi ada baiknya mencari pengalaman wisatawan yang pernah berkunjung yang menemukan hotel murah tetapi belum bekerjasama dengan aplikasi online. Selain itu mencari hotel dengan bertanya ke warga dan keliling mencari sendiri adalah pilihan yang bagus juga.
Muka sumringah mau berangkat ke Belitung
Perjalanan dari Jakarta ke Belitung ditempuh dengan waktu kurang dari sejam. Walaupun beberapa bulan lalu maskpai Lion Air mengalami musibah kecelakaan, tetapi harganya yang terjangkau maka saya tetap memilihnya membawa saya ke Belitung dan pulang dengan maskapai Sriwijaya Air. Harga tiket yang lumayan mahal karena bertepatan dengan libur sekolah dan libur natal.
Lion Air terbang di atas barisan awan
Saya tiba di bandar udara Internasional H.A.S Hanandjoeddin ketika matahari hampir di atas kepala. Bangunan bandaranya sangatlah sederhana dan tidak sebesar bangunan bandara di Jakarta maupun kota-kota besar lainnya.
Suasana saat tiba di Bandara H.A.S Hanandjoeddin
Sebelum saya mengakhiri pengalaman backpaker-an saya di Belitung, jangan lupa sebelum berangkat gunakan kartu provider internet yang jaringannya telah tersebar luas, saat di Belitung saya menggunakan kartu telkomsel dan isi paket data karena mesin pencari google terutama fitur google maps sangat berguna sebagai penunjuk arah. Selain itu, kalian akan sering mengupload momen liburan di sosial media.
Biaya yang saya keluarkan selama di Belitung;
Tiket berangkat seharga Rp.895.000
Tiket pulang seharga Rp.972.000
Sewa motor selama 4 hari plus 5 jam Rp.340.000 + Rp.25.000
BBM 10 botol seharga Rp.80.000
Tiket Museum Kata Rp.50.000
Harga Kopi Rp.5.000 s.d Rp.10.000
Mie Belitung Rp.25.000
Nasi Goreng Rp.20.000
Sea food Rp. 40.000
Kelapa Muda Rp.15.000
Note. harga makanan di Belitung masih sangat terjangkau.



Secangkir kopi seringkali menemaniku dalam bekerja, dia tidak banyak tingkah. Jika aku ingin dia manis, aku tinggal menambahkan beberapa sendok gula atau susu saset.