Selain keindahan pantai, manusia dan sejarah ada di Belitung

Berlibur ke Belitung tetapi tidak tahu harus ke mana, saya akan memberikan gambaran tentang bagaimana Belitung dari sudut pandangan dan kamera saya.

Sebaiknya kalau ke sana, carilah pesawat yang berangkat pagi agar setelah sampai di Bandara H.A.S Hanandjoeddin bisa langsung ke arah desa Gantong, Belitung Timur. Wisatawan bisa mengunjungi Replika SD Muhammadiyah Laskar Pelangi, Rumah Keong, Museum Kata Andrea Hirata, dan Kampoeng Ahok.
Replika SD Muhammadiyah Laskar Pelangi, jika pengunjung dari arah bandara maka tempat pertama yang akan pertama di jumpai. Jaraknya sekitar 50 km, kondisi jalan sangat sepi. Kebanyakan di pinggir jalan kita akan banyak melihat pepohonan dan juga melewati perkebunan kelapa sawit.
Tepat di depan Replika SD Muhammadiyah Laskar Pelangi, terdapat objek wisata rumah Keong. Bangunan yang terbuat dari kayu rotan ini juga dilengkapi dengan dermaga perahu di bagian belakang.







Museum Kata Andrea Hirata juga terletak tidak jauh, sekitar kurang dari 2 km dari Replika SD Muhammadiyah Laskar Pelangi. Di museum Kata Andrea Hirata, pengunjung cukup membayar Rp.50.000 untuk tiket masuk dan sudah termasuk buku saku Laskar Pelangi. 
Selanjutnya pengunjung bisa singgah ke kampoeng Ahok, rumah masa kecil Ahok di Belitung. Kota Manggar yang terkenal dengan kota 1001 warung kopi, selain itu terdapat beberapa pantai. Salah satu yang saya kunjungi pantai Serdan, di sana pengunjung bisa melihat kapal yang berwarna-warni. Pantainya juga sangat indah, terutama untuk melihat matahari terbit, sayang ketika saya ke sana awan mendung mengantung di langit pagi.


Manggar lanjut ke Pantai Tanjung Tinggi, lebih baik melewati kampung Bali di kecamatan Sijuk, suasananya mirip di Bali karena memang warganya adalah transmigran dari Pulau Bali. Klik https://situsbudaya.id/sejarah-kampung-bali-bangka-belitung/ untuk membaca sejarah kedatangan orang-orang Bali ke Belitung.
Pantai Tanjung Tinggi tempat pengambilan gambar di salah satu adegan film Laskar Pelangi. Pinggir pantainya selain pasir putih terdapat bebatuan besar, inilah yang membedakan pantai di Belitung dengan pantai pada umumnya.



Selanjutnya menuju ke Tanjung Kelayang, sekitar 7 Km dari Pantai Tanjung Tinggi. Sebenarnya suasana pantainya hampir sama dengan pantai tanjung tinggi tetapi di sini banyak kapal yang bisa membawa wisatawan berkelilingke pulau-pulau di sekitar Belitung. Saat itu saya tidak berkeliling ke pulau sekitar karena cuaca sedang tidak mendukung, angin dan ombak saling berkejaran menuju pantai.

Pasar tradisional Tanjung Pandan. Kalau ingin mengenal lebih dekat masyarakat suatu daerah ke pasar lah maka kalian akan bertemu dengan penduduk aslinya. Kondisi pasar di Tanjung Pandan memang sama seperti pasar-pasar tradisional lainnya di Indonesia. Kondisi pasar yang udaranya penuh dengan campuran bau ikan, rempah-rempah, pakain baru, dan bau keringat penjual dan pembeli mengingatkan saya dengan kebiasaan ikut ke pasar setiap hari selasa dan sabtu di kampung nenek.

Belitung Mangrove Park tempat wisata yang baru di Belitung, saya pada awalnya tidak tahu kalau ada objek wisata ini. Saat singgah minum kopi di pasar Tanjung Pandan, saya berkenalan dengan seorang pengunjung yang ternyata mengelola Belitung Mangrove Park. Dia bersama beberapa orang yang peduli dengan kondisi hutan mangrove di Belitung melakukan rehabilitasi bekas tambang timah di pinggir pantai menjadi hutan mangrove. Menurutnya, tempat ini adalah tempat terbaik melihat matahari tenggelam di Belitung. Namun, saya tidak sempat menyaksikan matahari tenggelam karena sore itu saya harus kembali ke Jakarta.

Museum Tanjung Pandan, satu-satunya museum yang ada di kota Tanjung Pandan.
Harga karcisnya hanya Rp.2000  per orang, tentu sangatlah murah. Pengunjung bisa menyaksikan sejarah pendulangan timah yang dilakukan di Belitung. Selain itu, laut di sekitar pulau Belitung yang menjadi jalur perdagangan menyimpan harta karun dari kapal-kapal yang karam.



0 komentar:

Posting Komentar