Novel Semasa, dan aku mengulang kembali pulang ke rumah.



"TERKADANG hal-hal kecil di depanmu, hal-hal yang tidak signifikan sebetulnya, mengingatkanmu pada rentetan kejadian masa lalu."

Kalimat di atas adalah pembuka novel "Semasa" karya sepasang suami isteri Teddy W.Kusuma & Maesy Ang. Memang seperti itulah kenangan masa lalu, dia bisa timbul dari hal yang tidak pernah sengaja menarik kembali ingatanmu. Setiap awal bulan akan menjadi waktu yang panjang bagi saya dalam menyelesaikan pekerjaan kantor, lalu tanpa sengaja ingatan menarik saya semasa ketika masih berumur belasan saat mulai bertanya kepada ibu, kenapa bapak setiap akhir bulan selalu pulang tengah malam. Kemudian, saya seolah-olah berada di rumah duduk di meja makan dengan keluarga menyantap sate ayam yang dibeli bapak setiap gajian. Ingatan tentang masa lalu walaupun selalu menyelipkan rasa haru tetap saja menyenangkan untuk didatangi lagi.

Saat pertama kali melihat buku ini di rak toko buku Post, aku tertarik dengan judulnya yang singkat saja "semasa", sampulnya pun sangat sederhana. Kata "semasa" selalu digunakan untuk mengingat masa yang lampau, kenapa penulisnya tidak menggunakan "kenangan" atau "masa lalu". Mungkin kalau "kenangan", kata yang terlalu diromantisir oleh pemakainya. Sedangkan "masa lalu" selalu lekat dengan hal-hal berkonotasi negatif. Kedua kata tersebut pun telah lumrah dikalangan pembaca. 

Setelah memutuskan untuk membelinya, beberapa minggu aku mendiamkannya di tumpukan buku kamar kos sampai saat aku butuh teman dalam perjalanan ke Bandung selama dua hari. Perjalanan dengan kereta api yang membutuhkan waktu kurang lebih 3,5 jam, tentu dengan membaca buku waktu tidak akan terasa panjang. Saat memilihnya pun aku hanya mempertimbangkan jumlah halaman yang hanya 149 halaman tentu tidak akan lebih dari dua hari untuk menyelesaikannya, pas lama perjalananku.

Begitulah ingatan selalu bisa saja kembali dengan hal-hal yang tidak pernah disangka, novel "semasa" bahkan bisa membawa saya hingga ketika saya masih berumur kurang dari 10 tahun. Alur ceritanya seperti jalan setapak yang menuntun pembacanya berjalan melewati peristiwa di masa lalu yang sungguh jauh sangat menyenangkan daripada kehidupan yang sedang dijalani sekarang. Tokoh utamanya "Coro" seorang penulis yang menganggap novel yang ditulisnya gagal, mimpinya untuk menjadi penulis hebat tidak seperti apa yang dia dambakan saat masih kanak-kanak. Tetapi, Coro seorang pendongeng yang hebat di "semasa", dia menceritakan masa kanak-kanak yang dia lalui bersama ayah, bibi Sari, paman Giofridis, dan tentu adik sepupu perempuannya Sachi. Setiap ingatannya semasa kanak-kanak seperti sebuah lorong waktu yang ikut membawa saya juga mengunjungi masa itu. Masa dimana saya bersama kakak, sepupu, tante, om, bapak,ibu, kakek, nenek sering berkumpul saat libur sekolah di rumah kakek-nenek. Saat itu tiba tentu sangat menyenangkan bagi kami yang saat itu masih di sekolah dasar. Saat kebanyakan anak sebaya pergi liburan ke kota, saya yang liburan di desa juga merasakan kebahagian. Kakek-nenek sering membawa kami ke kebun untuk mengambil buah pohon Kakao, makan bersama di rumah kebun, dan tentu mandi di sungai. Aku sering menuggu saat libur sekolah tiba. Namun, seiring waktu berlalu semua akan berubah, kami yang kanak-kanak akan tumbuh dewasa dengan menjalani hidup masing-masing, kakek-nenek yang semakin menua, tentu juga dengan pohon Kakao yang telah lama mati karena tidak ada mengurusnya lagi. 

"Seberapa banyak sebuah tempat, atau seseorang, akan berbekas di hatimu jika kenangan akannya berhenti di waktu yang dulu, dan tidak dipupuk lagi ?"

Terkadang kita ingin mengunjungi tempat atau peristiwa yang telah berlalu namun kita tidak tahu cara memanggil ingatan tersebut. Dia meninggalkan kita seperti kita melupakannya juga. Mungkin dengan hal-hal yang tidak sengaja, ingatan bisa menuntun kembali ke masa lalu. 

Peristiwa dalam novel "semasa" adalah kisah biasa-biasa saja, mungkin kalian pernah mengalaminya, orang-orangnya pun biasa-biasa saja seperti kebanyakan orang, namun dia bisa mendekatkanmu dengan ingatan masa lalu (rumah) yang selalu ingin kamu kunjungi. Masa ketika kamu melihat dunia adalah sesuatu kebahagian yang tak akan kunjung padam sampai kamu menyadari keadaanmu sekarang.

Novel "semasa" ini seperti kata penutup Surat untuk pembaca, "Tak bisa dielak, sesudah menamatkan buku ini, kami jadi rindu pulang".

Penulisnya seperti kataku di awal tulisan, mereka sepasang suami isteri yang membuka sebuah toko buku Post di Pasar Santa. Ah, betapa aku juga ingin mempunyai pasangan yang ingin membuka perpustakaan atau toko buku.



0 komentar:

Posting Komentar