Wabah Covid-19 dan Ekonomi Bag 1

Sayuran yang di jual di salah satu pasar modern Tangerang
Wabah Covid-19 telah menjangkiti hampir seluruh belahan dunia, dikutip dari situs https://www.arcgis.com/apps/opsdashboard oleh Johns Hopkins CSSE per tanggal 25 Maret 2020 pukul 21.42 WIB jumlah kasus postif Coronavirus COVID-19  sebanyak 435.006, dengan 19.625 orang dinyatakan meninggal, menjangkiti 171 negara dari 193 negara di dunia. Daerah terpencil seperti Greenland di bumi bagian utara   telah mengkonfirmasi pasien positif Coronavirus COVID-19, begitupun tempat terpencil lainnya French Polynesia di tengah laut Pasifik Selatan telah mengkonfirmasi warganya yang terinfeksi Coronavirus COVID-19.  Globalisasi yang telah menjadi bagian dari kehidupan seluruh warga dunia mempercepat penyebaran virus. 

Kemarin ibu saya menelpon dengan penuh kecemasan bahwa mereka di kampung harus menyimpan stok makanan hingga dua minggu ke depan. Jauh di Texas Amerika, pemilik toko klontong bahkan harus membatasi pembelian roti, sup kalengan, sayuran beku, bahkan susu dan telur agar menjaga ketersedian bahan makanan. Pembelian yang tiba-tiba dengan jumlah banyak akan menganggu rantai pasokan dikarenakan tentu pabrik memiliki sumber daya manusia, mesin, bahan mentah untuk berproduksi. Begitupun dengan wabah Coronavirus COVID-19 yang mengancam para pekerja pabrik bisa semakin mengkhawatirkan keberlangsungan proses produksi. 

Ibu saya yang tinggal kurang lebih 100 km dari ibukota provinsi merasakan kecemasan seperti yang orang Texas rasakan. Menurut Dimitrios Tsivrikos, seorang dosen di bidang konsumen dan psikologi bisnis dari Universitas College London dikutip dari laman berita CNBC mengatakan, “pada masa yang tidak pasti, orang-orang akan memasuki zona panik sehingga membuat keputusan yang tidak rasional dan tergesa-gesa. Pada kondisi bencana alam lain seperti banjir, orang-orang bisa memperkirakan seberapa banyak persedian makanan yang dibutuhkan tetapi manusia sedang menghadapi virus yang kita tidak tahu".

Kekhwatiran yang lain muncul ketika ibu saya menelpon lagi setelah berbelanja lalu mengabarkan bahwa harga sayuran di pasar lebih murah daripada biasanya. Dia mengatakan bahwa para pedagang mulai khawatir jika orang-orang takut lagi ke pasar, apalagi mereka menjual produk pertanian yang memiliki jangka waktu lebih sebentar untuk membusuk. Para pedagang yang menggantungkan kondisi keuangan kepada geliat prekonomian konsumennya, lalu bagaimana nasib para petani yang menjadi rantai paling dasar sektor ekonomi di tengah wabah Coronavirus Covid-19. Tentu saja jika rantai paling dasar terganggu maka akan menimbulkan masalah di rantai-rantai atasnya, pasokan yang terbatas dengan permintaan yang banyak akan menggerek kenaikan harga di masa yang akan datang.
Umat manusia sedang berhadapan dengan ancaman krisis global.

Referensi :
https://www.cnbc.com/2020/03/11/heres-why-people-are-panic-buying-and-stockpiling-toilet-paper.html

0 komentar:

Posting Komentar